Kali ini aku mau sharing nih tulisanku waktu ikut lomba debate di Universitas Ciputra, daaan salah satu syaratnya adalah harus mengirimkan essay dengan ketentuan masalah yang panitia berikaan, waktu itu msalahnya adalah bagaimna bisa mengatasi kehamilan pra nikah di kalangan pra remaja, dan diberi 3 ketentuan jwaban, akupun memilih salah satu dri 3 ketentuan jawaban itu yaitu, menambah jam pelajaran agama dan budi pekerti di sekolah, belum tauu siih lolos apa endak, doain loloos ajaa ya guys o:) soo ndak perlu lamalama lagi, inilaah essaykuu, Have a nice reading :)

Masa remaja adalah masa transisi yang harus dilewati oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya menuju kedewasaan. Di dalam masa remaja itu sendiri terdapat banyak sekali perubahan, baik perubahan yang bersifat fisik, maupun non fisik. Pertama yakni perubahan fisik yang tampak sekali terlihat adalah perubahan bentuk badan remaja itu sendiri, yang awalnya bertubuh kecil pada masa kanak-kanak, kini sudah bertubuh besar. Meski ada beberapa individu yang tidak mengalami perubahan itu, itupun hanya sebagian kecil jumlahnya di dunia. Kedua, yakni perubahan non fisik, perubahan non fisik berbeda dengan perubahan fisik. Perubahan non fisik tidak teriihat dan cenderung bersifat dinamis, yang dipengaruhi oleh berbagai macam factor sebelum mencapai tingkat kematangan yang maksimal. Perubahan non fisik inilah yangmenjadi hambatan utama tiap individu untuk dapat melewati masa remajanya.
Pada pandangan ilmu psikologis,
perubahan non fisik dapat disebut dengan perubahan psikologis. Pada masa remaja menjadi sebuah kewajaran apabila
terjadi kelabilan psikologis, atau bahasa kerennya di kalangan remaja jaman
sekarang adalah ‘galau’ Bagaimna hal ini bisa terjadi ? ternyata perubahan
psikologis itu sendiri tidak terlepas dari perubahan fisik, dalam hal ini tidak
terkait dengan perubahan fisik yang tampak, tetapi factor-faktor yang
mempengaruhi perubahan fisik itu seniri, yakni hormone pertumbuhan. Pada
masa-masa remaja, hormone pertumbuhan mengalami peningkatan kinerja yang drastis,
itulah mengapa terkadang remaja memiliki semangat yang membara, dan syahwat
yang kuat terhadap suatu pencapaian. Apabila semangat dan syahwat itu menjurus
ke hal-hal yang positif, maka remaja tersebut akan menjadi remaja yang apik dan
bermental positif, sebaliknya apabila semangat dan syahwat itu menbjurus ke
hal-hal yang negative maka remaja tersebut akan menjadi remaja sampah,
bermental negative, dan tenggelam dalam kesibukankesibukan yang bersifat
kesenangan. Jadi dapat disimpulkan emaja itu seperti sebuah kanvas, tubuhnya
adalah kayu penyangga di keempat sisinya, dan jiwanya adalah kanvas putih di
tengahnya. Meskipun kayu penyangga itu kuat tetapi kanvas putih di tengahnya
rentan akan kerusakan apabila terkena benda tajam atau sejenisnya. Begitu pula
kan vas tersebut akan berubah menjadi gamba yang apik apabil digambar dengan
konsep penggambaran yang jelas dan terstruktur meski gambaran bersifat abstrak.
Sebaliknya apabila kanvas tersebut digambar tidak sesuai aturan dan tanpa
tujuan yang jelas, maka kanvas tersebut hanya seperti kanvas kotor yang penuh
dengan coretan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya.
Kesimpulannya masa remaja adalah masa
pencarian jati diri yang rentan akan gangguan-gangguan dari luar. Dari
kesimpulan tersebut, mari kita kaitkan dengan rumusan masalah yang diberikan
yakni “jika pendidikan kesehatan reproduksi tidak diberikan di sekolah, solusi
apa yang anda twarkan untuk menekan angka kehamilan yang tidak direncakan para
remaja” Kami menjawab dengan member solusi menambah jam pelajaran budi pekerti
dan agama di tiap jenjang pendidikan.
Dikaitkan dengan kesimpulan yang telah
kami berikan di atas bahwa pencarian jati diri pada masa remaja rentan akan
gangguan-gangguan dari luar, dimanakan tempat sesungguhnya gangguan-gangguan
itu ? dimana lagi jika bukan di lingkungan sekolah atau lingkungan di luar
rumah. Dibuktikan dengan jumlah jam yang dilewati oleh para remaja adalah
banyak di sekolah daripada di rumah, data rata-ratanya adalah sebagai berikut :
KBM di sekolah : 06.45-16.00 (9 H
15 m)
Kegiatan les :
16.00-20.00 (4H )+
13 H 15 m
Dari data tersebut sangat jelas
terlihat bahwa selama 24 jam sehari para remaja menghabiskan sekitar 13 jam 15
menit di luar rumah dan hanya sekitar 10 jam berada di rumah. Tentunya
lingkungan luar/lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap proses pencarian
jati diri remaja itu sendiri dan kehamilan yang tidak direncakan yang terjadi
di kalangan remaja adalah salah satu akibat dari lingkungan yang kurang baik
yang tidak mendukung remaja untuk melakukan proses pencarian jati diri yang
sejati. Oleh karenya, lingkungan pendidikan harus dibuat sedemikian rupa untuk
menciptakan lingkungan yang baik sebagai mediator pencarian jati diri seorang
remaja. Salah satunya adalah dengan menambah jam pelajaran budi pekerti dan
agama yang akhirakhir inii sudaah luntur keberadaannya apalagi di
sekolah-sekolah negeri. Lembaga
pendidikan jaman sekarang hanya mengedepankan kesuksesan lembaga pendidikan
tersebut dengan parameternya adalah nilai-nilai yang muncul di secarik kertas.
Pendidikan moral dan agama hanyalah sebagai teori yang di cereahkan tanpa ada
suatu kegiatan pratek nyata sebagai benuk implementasi dari teori tersebut.
Gurupun sebagai sosok yang seharusnya digugu lan ditiru, hanyalah sebatas
mediator penyampaian teori yang telah ditetapkan tanpa dibarengi dengan
pendampingan yang aktif kepada anak didiknya.
Sehingga nilai-nilai moral dan
agama yang mengajarkan mana yang baik, mana yang buruk. Yang mengajarkan bagaimna
memiliki karakter dan prinsip yang kuat dalam menjalankan kebenaran tersebut tidak tertanam di jiwa para remaja.
Para remaja akhirnya mengalami kebingungan dalam proses pencarian jati dirinya
dan akhirnya berusaha mencari jati dirinya sendiri dengan jalan yang tidak
tepat, Hal tersebut dikarenakan ketiidk tahuan para remaja terhadap efek apa
yang akan mereka dapatkan ketika mreka melakukan sebuah kegiatan, mereka hanya
menjalankan insting remaja mereka yakni
semangat yang membara dan syahwat yang kuat terhadap suatu pencapaian.
Akhirnya dari esai singkat kami di
atas dengan rumusan masalah “jika pendidikan kesehatan reproduksi tidak
diberikan di sekolah, solusi apa yang anda twarkan untuk menekan angka
kehamilan yang tidak direncakan para remaja” Berikut solusi konkret kami :
1, memulai dan mengakhiri KBM di
sekolah dengan berdoa (wajib dilakukan)
2. Menambah jam pendidikan agama
serta adanya pendampingan aktif untuk para remaja (Character Monitoring)
3. Setiap minggunya mengadakan
suatu kegiatan yang bernuansa keagamaan dan moral, sehingga akan menciptakan
lingkungan pendidikan yang bermorel dan beragama.
0 komentar:
Posting Komentar