Kamis, 26 September 2013

Ciputra Competition :))

0 komentar



Hai GUYS ! Ketemu lagi sama saya, pasti pada kangen kaan, ih kegeeran yah aku ._.

Kali ini aku mau sharing nih tulisanku waktu ikut lomba debate di Universitas Ciputra, daaan salah satu syaratnya adalah harus mengirimkan essay dengan ketentuan masalah yang panitia berikaan, waktu itu msalahnya adalah bagaimna bisa mengatasi kehamilan pra nikah di kalangan pra remaja, dan diberi 3 ketentuan jwaban, akupun memilih salah satu dri 3 ketentuan jawaban itu yaitu, menambah jam pelajaran agama dan budi pekerti di sekolah, belum tauu siih lolos apa endak, doain loloos ajaa ya guys o:) soo ndak perlu lamalama lagi, inilaah essaykuu, Have a nice reading :)
http://oinkseterez.files.wordpress.com/2009/10/alay.jpg 
Masa remaja adalah masa transisi yang harus dilewati oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya menuju kedewasaan. Di dalam masa remaja itu sendiri terdapat banyak sekali perubahan, baik perubahan yang bersifat fisik, maupun non fisik. Pertama yakni perubahan fisik yang tampak sekali terlihat adalah perubahan bentuk badan remaja itu sendiri, yang awalnya bertubuh kecil pada masa kanak-kanak, kini sudah bertubuh besar. Meski ada beberapa individu yang tidak mengalami perubahan itu, itupun hanya sebagian kecil jumlahnya di dunia. Kedua, yakni perubahan non fisik, perubahan non fisik berbeda dengan perubahan fisik. Perubahan non fisik tidak teriihat dan cenderung bersifat dinamis, yang dipengaruhi oleh berbagai macam factor sebelum mencapai tingkat kematangan yang maksimal.  Perubahan non fisik inilah yangmenjadi hambatan utama tiap individu untuk dapat melewati masa remajanya.
Pada pandangan ilmu psikologis, perubahan non fisik dapat disebut dengan perubahan psikologis. Pada  masa remaja menjadi sebuah kewajaran apabila terjadi kelabilan psikologis, atau bahasa kerennya di kalangan remaja jaman sekarang adalah ‘galau’ Bagaimna hal ini bisa terjadi ? ternyata perubahan psikologis itu sendiri tidak terlepas dari perubahan fisik, dalam hal ini tidak terkait dengan perubahan fisik yang tampak, tetapi factor-faktor yang mempengaruhi perubahan fisik itu seniri, yakni hormone pertumbuhan. Pada masa-masa remaja, hormone pertumbuhan mengalami peningkatan kinerja yang drastis, itulah mengapa terkadang remaja memiliki semangat yang membara, dan syahwat yang kuat terhadap suatu pencapaian. Apabila semangat dan syahwat itu menjurus ke hal-hal yang positif, maka remaja tersebut akan menjadi remaja yang apik dan bermental positif, sebaliknya apabila semangat dan syahwat itu menbjurus ke hal-hal yang negative maka remaja tersebut akan menjadi remaja sampah, bermental negative, dan tenggelam dalam kesibukankesibukan yang bersifat kesenangan. Jadi dapat disimpulkan emaja itu seperti sebuah kanvas, tubuhnya adalah kayu penyangga di keempat sisinya, dan jiwanya adalah kanvas putih di tengahnya. Meskipun kayu penyangga itu kuat tetapi kanvas putih di tengahnya rentan akan kerusakan apabila terkena benda tajam atau sejenisnya. Begitu pula kan vas tersebut akan berubah menjadi gamba yang apik apabil digambar dengan konsep penggambaran yang jelas dan terstruktur meski gambaran bersifat abstrak. Sebaliknya apabila kanvas tersebut digambar tidak sesuai aturan dan tanpa tujuan yang jelas, maka kanvas tersebut hanya seperti kanvas kotor yang penuh dengan coretan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk membersihkannya.

Kesimpulannya masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang rentan akan gangguan-gangguan dari luar. Dari kesimpulan tersebut, mari kita kaitkan dengan rumusan masalah yang diberikan yakni “jika pendidikan kesehatan reproduksi tidak diberikan di sekolah, solusi apa yang anda twarkan untuk menekan angka kehamilan yang tidak direncakan para remaja” Kami menjawab dengan member solusi menambah jam pelajaran budi pekerti dan agama di tiap jenjang pendidikan.
Dikaitkan dengan kesimpulan yang telah kami berikan di atas bahwa pencarian jati diri pada masa remaja rentan akan gangguan-gangguan dari luar, dimanakan tempat sesungguhnya gangguan-gangguan itu ? dimana lagi jika bukan di lingkungan sekolah atau lingkungan di luar rumah. Dibuktikan dengan jumlah jam yang dilewati oleh para remaja adalah banyak di sekolah daripada di rumah, data rata-ratanya adalah sebagai berikut :
KBM di sekolah : 06.45-16.00 (9 H 15 m)
Kegiatan les       : 16.00-20.00 (4H           )+
                                                      13 H 15 m
Dari data tersebut sangat jelas terlihat bahwa selama 24 jam sehari para remaja menghabiskan sekitar 13 jam 15 menit di luar rumah dan hanya sekitar 10 jam berada di rumah. Tentunya lingkungan luar/lingkungan sekolah sangat berpengaruh terhadap proses pencarian jati diri remaja itu sendiri dan kehamilan yang tidak direncakan yang terjadi di kalangan remaja adalah salah satu akibat dari lingkungan yang kurang baik yang tidak mendukung remaja untuk melakukan proses pencarian jati diri yang sejati. Oleh karenya, lingkungan pendidikan harus dibuat sedemikian rupa untuk menciptakan lingkungan yang baik sebagai mediator pencarian jati diri seorang remaja. Salah satunya adalah dengan menambah jam pelajaran budi pekerti dan agama yang akhirakhir inii sudaah luntur keberadaannya apalagi di sekolah-sekolah negeri.  Lembaga pendidikan jaman sekarang hanya mengedepankan kesuksesan lembaga pendidikan tersebut dengan parameternya adalah nilai-nilai yang muncul di secarik kertas. Pendidikan moral dan agama hanyalah sebagai teori yang di cereahkan tanpa ada suatu kegiatan pratek nyata sebagai benuk implementasi dari teori tersebut. Gurupun sebagai sosok yang seharusnya digugu lan ditiru, hanyalah sebatas mediator penyampaian teori yang telah ditetapkan tanpa dibarengi dengan pendampingan yang aktif kepada anak didiknya.


Sehingga nilai-nilai moral dan agama yang mengajarkan mana yang baik, mana yang buruk. Yang mengajarkan bagaimna memiliki karakter dan prinsip yang kuat dalam menjalankan kebenaran  tersebut tidak tertanam di jiwa para remaja. Para remaja akhirnya mengalami kebingungan dalam proses pencarian jati dirinya dan akhirnya berusaha mencari jati dirinya sendiri dengan jalan yang tidak tepat, Hal tersebut dikarenakan ketiidk tahuan para remaja terhadap efek apa yang akan mereka dapatkan ketika mreka melakukan sebuah kegiatan, mereka hanya menjalankan insting remaja mereka yakni  semangat yang membara dan syahwat yang kuat terhadap suatu pencapaian.
Akhirnya dari esai singkat kami di atas dengan rumusan masalah “jika pendidikan kesehatan reproduksi tidak diberikan di sekolah, solusi apa yang anda twarkan untuk menekan angka kehamilan yang tidak direncakan para remaja” Berikut solusi konkret kami :
1, memulai dan mengakhiri KBM di sekolah dengan berdoa (wajib dilakukan)
2. Menambah jam pendidikan agama serta adanya pendampingan aktif untuk para remaja  (Character Monitoring)
3. Setiap minggunya mengadakan suatu kegiatan yang bernuansa keagamaan dan moral, sehingga akan menciptakan lingkungan pendidikan yang bermorel dan beragama.

            
 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com